Dibangun Belanda, Mengenal Bendung Cikeusik Berusia 100 Tahun Lebih

Space Iklan

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau pekerjaan rehabilitasi Bendung Cikeusik di Desa Legok Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan, Selasa (31/8/2021). (Foto: BKP PUPR)
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau pekerjaan rehabilitasi Bendung Cikeusik di Desa Legok Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan, Selasa (31/8/2021). (Foto: BKP PUPR)

KUNINGAN, INFOINFRASTRUKTUR.COM – Bendung Cikeusik merupakan salah satu bendung tertua di Indonesia yang dibangun Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1890. Bendung ini melengkapi Daerah Irigasi Cikeusik yang telah beroperasi beberapa tahun sebelumnya pada 1884.

Bendung Cikeusik ini berada di Desa Legok, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Bendung Cikeusik yang telah berusia lebih dari 100 tahun tersebut memiliki peranan penting untuk masyarakat dalam pertanian sejak zaman kolonial Belanda.

Dengan usia bendung yang lebih 100 tahun, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung melaksanakan Rehabilitasi Bendung Cikeusik. Rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan kemampuan layanan pengairan daerah irigasi sehingga meningkatkan kesejahteraan petani di Kuningan, Jawa Barat.

Baru-baru ini, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau pekerjaan rehabilitasi Bendung Cikeusik di Desa Legok Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan, Selasa (31/8/2021). Menteri Basuki turut didampingi Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja, dan Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) DKI Jakarta-Jawa Barat Kementerian PUPR Wilan Oktavian.

“Untuk itu diperhatikan kualitasnya. Kerjakan yang benar, kualitas jangan dikurangi. Karena ini infrastruktur air untuk irigasi penting buat masyarakat. Apalagi ini umurnya sudah 100 tahun lebih,” pesan Menteri Basuki terkait Rehabilitasi Bendung Cikeusik ini.

Menteri Basuki menginstruksikan agar mempercepat pengerjaan dengan menambah jumlah pekerja untuk mengantisipasi adanya hujan deras.  “Tambah orang untuk pekerjanya agar lebih cepat selesainya mengantisipasi datangnya musim hujan dan risiko banjir,” kata Basuki.

Sementara Kepala BBWS Cimanuk-Cisanggarung Ismail Widadi mengatakan, Bendung Cikeusik merupakan salah satu bendung tertua di Indonesia yang dibangun Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1890.

“Bendung ini melengkapi Daerah Irigasi Cikeusik yang telah beroperasi beberapa tahun sebelumnya pada 1884. Dengan usia lebih dari 100 tahun tentu banyak terjadi kerusakan pada tubuh bendung maupun saluran irigasinya. Kegiatan rehabilitasi besar satu-satunya yang pernah dilakukan pada tahun 1978 lalu,” ungkap Ismail.

Selanjutnya jelas Ismail, sejak tahun 2012 dilaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala bendung oleh BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR.

“Kemudian pada tahun 2020 kami memulai Rehabilitasi Bendung Cikeusik, yang diharapkan dapat mengoptimalkan layanan sesuai kapasitas awal seluas 6.899 ha dengan catatan tidak ada alih fungsi lahan sawah. Namun saat ini di lapangan tercatat bendung ini melayani daerah irigasi seluas 6.178 ha,” kata Ismail.

Terkait Rehabilitasi Bendung Cikeusik ini, Ismail menjelaskan, hingga saat ini progres fisiknya sudah 79,55%, dengan target rampung pada November 2021 sesuai kontrak senilai Rp33,16 miliar.  Rehabilitasi Bendung Cikeusik ini dilaksanakan kontraktor PT Karya Kita Putra Pertiwi.

“Rehabilitasi terutama pada tubuh bendung, Kolam Olak, sayap hulu sayap hilir, perkuatan tanggul, perbaikan lantai jembatan dan perbaikan lanskap agar lebih indah. Tahun berikutnya akan dilanjutkan perbaikan saluran-saluran primer, sekunder, dan tersier,” tegas Ismail, dikutip dari pu.go.id. (Infrared)

Loading

Space Iklan

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*